11.27.2010

Lautan Pasir Gunung Bromo

Keberadaan Gunung Bromo dengan lautan pasirnya yang fenomenal sudah cukup lama dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Indonesia. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung pada Pegunungan Tengger.



Dengan ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, panorama elok terpancar saat memandang pesona alam yang tidak akan pernah ada habisnya. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama dan terletak dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo, mengepulkan asap putih. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Ketinggian yang relatif “rendah” untuk ukuran gunung membuat perjalanan menuju Gunung Bromo relatif mudah.


Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, Anda bisa menikmati hamparan lautan pasir luas, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menggapai langit. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo.

Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan cukup berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi.

Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung. Sampai di atas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat.

Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan momen ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas.

Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Sejarah terbentuknya Gunung Bromo dan gunung-gunung yang ada di sekitarnya berawal dari keberadaan Gunung Tengger (4.000 mdpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi saat itu.

Kemudian terjadi letusan dahsyat yang menciptakan kaldera dengan ukuran diameter lebih dari 8 kilometer. Material vulkanik letusan gunung sekarang berubah menjadi lautan pasir, konon material tersebut pernah tertutup oleh air. Aktivitas vulkanik dengan munculnya lorong magma mengakibatkan terbentuknya gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Gunung Widodaren, Gunung Batok, Gunung Watangan, Gunung Kursi dan Gunung Semeru.

Bromo memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan panorama gunung lainnya. Di sekitar Bromo hingga puncak tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar. Gunung Bromo yang masih terdapat dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa lautan pasir seluas 5.250 hektare.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70 ribu atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang beterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Dari kaki gunung fenomenal itu, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo , Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap.

Anda juga dapat melayangkan pandangan ke bawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Setelah berlama-lama di puncak, apabila pelancong sudah merasa kelaparan, di bagian bawah Bromo terdapat warung-warung yang menjajakan gudeg, mie instan, air mineral dan jajanan murah. .

Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.

Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.

Ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan saat ke kawasan Gunung Bromo antara lain, Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna. Siapkan pakaian pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket, dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin. Bawalah juga kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di Segoro Wedi. Jangan berada di kawah Bromo di atas pukul 9 pagi untuk menghindari risiko keracunan.

Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional Bromo Semeru ini yaitu: Desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, Desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, Desa Ngadas dari jalur Malang dan Desa Burno adalah jalur Lumajang.

Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
- Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km,
- Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km
- Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km

Selamat menikmati keindahan eksotis Gunung Bromo!

selengkapnya......

Candi Magis Siem Reap


Kompleks candi yang mengelilingi kota kecil Siem Reap kini tak lagi tersembunyi. Sekarang, semua orang punya kenalan yang sudah pernah menaiki menara-menara Angkor Wat. Secara de facto, Angkor Wat menjadi kuil utama Kamboja. Menara-menaranya terlihat di tengah bendera Kamboja dan pada label bir nasional, Angkor Beer.



Kompleks candi yang mengelilingi kota kecil Siem Reap kini tak lagi tersembunyi. Sekarang, semua orang punya kenalan yang sudah pernah menaiki menara-menara Angkor Wat. Secara de facto, Angkor Wat menjadi kuil utama Kamboja. Menara-menaranya terlihat di tengah bendera Kamboja dan pada label bir nasional, Angkor Beer.

Tapi ada ratusan candi di Siem Reap, baik yang sudah rusak atau yang masih terawat. Kecuali Anda berkunjung selama beberapa minggu, tidak mungkin Anda dapat melihat semua candi-candi itu. Berikut adalah tiga candi terfavorit yang saya sarankan untuk Anda kunjungi. Saya tidak memasukkan Angkor Wat untuk dua alasan: 1) Itu bukan favorit saya dan 2) Itu sebuah kompleks candi besar dengan sejarah yang kompleks dan signifikan, sehingga Anda tidak mungkin melewatkannya.

Photo credits - dalbera

Bayon
Bayon dikenal sebagai Candi Muka (Temple of Faces). Ketika Anda mengunjunginya, akan sangat mudah mengetahui alasan di balik nama itu -- saat mendaki tangga batu curam menuju bagian suci candi, ratusan wajah akan melihat ke arah Anda. Meskipun mereka terlihat tersenyum, saya merasa ada sedikit hawa berbahaya, seolah sedang menunggu para pembuat patung-patung batu itu untuk berjalan kembali dari hutan. Walaupun banyak candi yang hancur, masih mudah untuk membayangkan pemandangan luar biasa saat kompleks itu pertama dibangun -- benar-benar rumah bumi yang pantas bagi para dewa.

Photo credits - Chi King

Ta Prohm
Jika anda pernah menonton Tomb Raider, beberapa adegan film itu mengambil tempat di kuil Ta Prohm, tidak perlu efek khusus untuk memberikan kesan seram dan sureal. Kompleks candi itu berada dalam kondisi yang nyaris ambruk. Selama berabad-abad pohon berakar pada dinding candi. Para pelestari candi membiarkan pohon-pohon itu karena, saking dalamnya berakar, pohon memperkuat konstruksi kuil. Jika dihilangkan, maka kuil yang masih tersisa akan ambrol.

Ta Prohm memiliki efek magis mirip dengan Bayon, rasanya seperti siapapun yang membangun kuil atau tinggal di sana sedang keluar sebentar untuk berjalan-jalan, dan untuk mengeskplorasi ruang-ruang kuil yang tersembunyi adalah pelanggaran. Temukan sebuah sudut yang tenang, bersantailah dan rasakan mistisnya Ta Prohm.



Banteay Srei
Selama sepuluh menit pertama di Banteay Srei, Anda akan terus menatap takjub ukiran rumit pada setiap inci batu, bertanya-tanya apakah sebenarnya itu terbuat dari kayu. Bahkan dengan teknologi saat ini, hampir tak dapat dipercaya bahwa pola-pola rumit dan detil pada patung bisa dibuat di batu. Candi ini, tidak seperti yang lain, terbuat dari sandstone merah sehingga lebih mudah dipahat dan memberikan rona emas kemerahan pada kompleks.

Sebagian besar pintu masuk dan menara candi masih dalam kondisi terawat dan utuh (hati-hati kepala Anda karena pintu cukup pendek!), tetapi beberapa patung di sisi tangga sebenarnya adalah replika. Patung aslinya dicuri atau sudah disimpan di museum. Jika ada sebuah kontes seni, Banteay Srei akan menang mudah karena orisinalitas dan perhatiannya pada detail.

selengkapnya......

6.08.2010

Pemusik Jazz Serba Bisa

Pemusik jazz serba bisa Bill Amirsyah Saragih meninggal dunia dalam usia 75 tahun pada hari Selasa 29 Januari 2008 pukul 11.15 WIB di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, arena serangan stroke yang dideritanya sejak 2001. Pria kelahiran Sindaraya, Simalungun, Sumatera Utara, 1 Januari 1933, itu secara total menggeluti musik jazz.
 
Jenazah Bill disemayamkan di rumah duka, Kompleks Taman Rempoa Indah, Tangerang, Banten. Bill sempat dirawat di rumah sakit selama 18 hari karena penyakit paru-paru. Bill terkena stroke pada Februari 2001 dan sejak itu aktivitas bermusiknya terhenti.
 
Bill seorang musisi dan penghibur serba bisa. Selain piawai sebagai penyanyi, Bill juga seba bisa memainkan instrumen piano, saksofon, flute, dan vibrafon. Dia penghibur yang sangat komunikatif dengan banyolan serta vokal yang sering dimiripkan dengan suara serak Louis Armstrong.
 
Menikah dengan Anna Rosemarry dan dikaruniai dua orang anak John Anthony dan Leoni Tiana. Istrinya, Anna Rosemary sudah lebih dulu meninggal di usia ke-63 tahun pada 18 Januari 1999, di Sydney, Australia.


Bill lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di luar negeri, terutama Australia, dan total menggeluti musik jazz termasuk menjadi leader untuk grup Bill Saragih Trio yang eksis di Sydney.
Sejak tahun 1966 Bill telah melanglang buana untuk bermain musik di luar negeri, seperti Hongkong, Filipina, Thailand dan Jerman. Dia pernah tampil bersama Lionel hampton dan ikut jazz workshop di Jerman. Lalu tahun 1972 dia menetap di Australia dan baru kembali ke Indonesia tahun 1987.

Bill Saragih, anak ke-5 dari 11 bersaudara dari keluarga Jan Kadoek Saragih, mulai bermusik secara profesional di Hotel Indonesia, Jakarta, awal tahun 1960-an bersama musisi seperti Victor Tobing, Sal Salius, Poltak Hutabarat, dan Jack Lesmana.

Albumnya, antara lain Bill Saragih, Sings ’n Plays terbitan Suryanada Indah Pratama tahun 1997.
 
Berita Majalah Tempo Edisi 18 Mei 1973 mengisahkan kebolehan Bill tampil di panggung bersama Lionel Hampton. "Siapa yang mau main dengan saya?” tanya Lionel Hampton. Tak ada yang beringsut dari kursinya — kecuali seorang yang langsung naik panggung sambil menantang: “Saya akan ambil oper vibraphon anda”. Dia pun mainlah, sementara Lionel Hampton sesekali mengetuk piano dan selebihnya menonton permainannya.

Jelas ia tidak sebaik Hampton. Tapi keberaniannya ber jam session dalam acara konser khusus Lionel Hampton di hadapan musisi kota Bangkok, lima tahun lalu merupakan potret diri seorang yang bernama Bill Amir Saragih.


Bersaing dengan musisi Asia lain yang banyak mencari rizki di ibukota Muangthai ini. Bill tidak segan untuk pamer kelihaiannya — sekalipun berhadapan dengan raja vibraphon Lionel Hampton. Bahkan Hampton langsung mengatakan: “Anda calon raja”.

Komentar Hampton bukan tanpa alasan. Bill yang di samping vibraphon juga dapat memainkan piano, fluet dan senor saksophon, sudah punya modal musik yang lumayan. Menjelang kabur nya ke luar negeri delapan tahun yang lalu, Bill bersama saudaranya Banner Saragih dan Joe Saragih, sempat memimpin Jazz Rider nya Hotel Indonesia.

Bahkan di sana Bill turut bernyanyi. Volume suaranya, seperti kata Tim Kantoso Danumihardja: kalau lagi serius mirip kombinasi Sammy Davis Jr dan Frank Sinatra.

Sementara permainan pianonya kecipratan cara Horace Silver, seperti juga misalnya Bubby Chen. Cuma Bill, menurut Tim Kantoso yang pernah bertindak sebagai adviser Jazz Rid: “Fingering tidak selincah Bubby Chen, tapi sangat kuat dalam akord”. Bersama Marihot Hutabarat almarhum, Bill sering mengisi jazz program, yang diselenggarakan USIS pada menjelang tahun enampuluhan.

Kemampuannya bermain saksophon, bukan asal tiup saja. Konon Tim Kantosolah yang mengusulkan agar Bill memilih saksophon. “Dengan instrumen itu, dinamika suaranya bisa ber-ekspresi lebih penuh”. Menjelang petualangannya di luar negeri, “hanya satu yang belum dilakukannya, yaitu mencetak kader”, kata Tim Kantoso. Barangkali tidak seperti yang sudah dilakukan Mus Mualim atau Jack Lesmana misalnya.

Restoran berputar. Dengan modal pengalaman yang lebih banyak -sempat mengikuti Jazz Workshop di Jerman - Bill dengan isteri Inggerisnya kemudian mencoba kelihaiannya di Australia. “Kalau orang kita sih di mana saja bisa cari makan”, kata Bill dengan logat Bataknya yang cukup medok, “meski di kampung sendiri susah cari nafkah”.

Keyakinannya yang tidak kecil’ tampak nya merupakan modal yang kuat untuk bersaing di negeri Whitlam itu. Bahkan Bill berhasil merebut tempat terhormat di kehidupan malam kota dagang Sydney.

Asal mulanya, seorang bekas pemain sepakbola BBSA–sebuah klub Persija - John Chong menjumpainya di salah sebuah restoran di Bangkok. Bill ditantang untuk mengadu nasib di Australia. “Saya memberanikan diri”, kata Bill, “meski setelah tiba selama 5 bulan jadi penganggur”.

Usahanya yang keras mengantarkan dia kepada kontraknya dengan Summit Restaurant, sebuah restoran berputar di puncak Australia Square pada tingkat ke 47 — gedung pencakar langit tertinggi di Sydney.

Kemudian, rindunya kepada Indonesia dinyatakan melalui hasratnya untuk kembaii ke tanah airnya. setelah cukup bekal dari kontraknya berakhir. Dengan penghasilan $ 200 seminggu, secara materil Bill tergolong orang yang agak lumayan. Tapi barangkali itu pula yang menariknya kembali ke sana. Sebab Jakarta belum tentu bisa memberinya sebanyak itu. Hasratnya baru terpenuhi 1997, ia kembali ke tanah air.
Biodata

Nama:
Bill Saragih
Nama Lengkap:
Bill Amirsyah Saragih
Lahir:
Sindaraya, Simalungun, Sumatera Utara, 1 Januari 1933
Meninggal:
Jakarta, 29 Januari 2008

Isteri:
Anna Rosemarry
Anak:
- John Anthony
- Leoni Tiana
Ayah:
Jan Kadoek Saragih

selengkapnya......